Selasa, 01 Desember 2009

Nasib Kabupaten Serang Pasca Terbentuknya Kota Serang



Sudah sepantasnya Kota Serang terbentuk, karena kedudukannya sebagai Ibu Kota Propinsi Banten dan perkembangan perkotaan di Kecamatan Serang dan sekitarnya yang memerlukan pengelolaan administrasi pemerintahan secara khusus.

Kota Serang akan meliputi enam kecamatan, yaitu Kecamatan Serang, Kasemen, Cipocok jaya, Walantaka, Curug, dan Taktakan. Kota Serang memiliki luas wilayah 266,74 km2 atau meliputi 15,38 persen dari luas wilayah Kabupaten Serang, dengan jumlah penduduk sekitar 467 ribu jiwa atau 26,9 persen dari jumlah penduduk Kabupaten Serang, serta kepadatan penduduk mencapai 1.752 jiwa per km2.

Dari segi wilayah, Kota Serang lebih luas jika dibandingkan dengan Kota Tangerang (186,97 km2) dan Kota Cilegon (175,51 km2). Penduduk Kota Serang lebih banyak dibanding Kota Cilegon (331 ribu jiwa) tetapi jauh lebih sedikit jika dibandingkan penduduk Kota Tangerang (1,5 juta jiwa). Sedangkan tingkat kepadatan penduduk Kota Serang lebih rendah jika dibandingkan dengan Kota Cilegon (1.902 jiwa/km2) dan Kota Tangerang (8.091 jiwa/km2). Dengan berstatus Kota Otonom maka pengembangan Kota Serang akan lebih terarah dan terencana, begitu pula peningkatan kualitas pelayanan terhadap masyarakat bisa berlangsung lebih optimal. Berbagai indikator potensi daerah seperti yang tercantum dalam PP No. 29/2000 bisa dikelola dengan baik, sehingga Kota Serang akan segera bangkit dan kedudukannya sejajar dengan kota-kota lain yang menjadi ibukota propinsi.


Potensi Kota Serang

Kondisi Kota Serang saat ini belum mencerminkan sebuah kota di Pulau Jawa yang berstatus ibu kota propinsi, tidak usah dibandingkan dengan Bandung, Semarang, Yogya atau Surabaya, dengan Cilegon dan Tangerang saja masih kalah 'cemerlang'. Ketika seorang pendatang masuk ke Kota Serang, mungkin dalam benaknya muncul pertanyaan 'Inikah sebuah ibu kota propinsi ?'.

Perlahan tapi pasti, Kota Serang mulai 'menggeliat', terutama setelah terbentuknya Propinsi Banten, 4 Oktober 2000 lalu, di mana Serang dipilih menjadi pusat pemerintahan, mengalahkan Tangerang yang memiliki infrastruktur jauh lebih baik. Secara historis Serang pernah menjadi pusat pemerintahan Kesultanan Banten, resminya mulai tahun 1808, yaitu setelah Daendels menghancurkan Keraton Surosowan, yang menjadi pusat pemerintahan di Banten Lama. Alasan historis itulah yang menjadikan Serang sebagai ibu kota propinsi.

Dengan menyandang status ibu kota propinsi, bidang perekonomian beberapa kecamatan seperti Kecamatan Serang, Kasemen, Cipocok jaya, Walantaka, Curug, dan Taktakan mengalami perubahan yang cukup drastis. Kecamatan-kecamatan tersebut semula tergantung pada pertanian, namun saat ini kegiatan ekonomi yang bersifat perkotaan seperti industri, jasa, keuangan, pengangkutan, bangunan dan listrik mulai mendominasi. Jika untuk seluruh Kabupaten Serang kegiatan ekonomi non pertanian memberikan kontribusi sampai 85 persen, maka untuk kecamatan-kecamatan yang akan menjadi wilayah Kota Serang sudah melampaui 90 persen.

Perkembangan Kota Serang akan semakin pesat karena memiliki akses ke pintu gerbang internasional seperti Bandara Soekarno Hatta dan Pelabuhan internasional Bojonegara (masih dalam proses pembangunan). Letak Kota Serang pun tidak jauh dari Pelabuhan Banten di Ciwandan (Kota Cilegon), sehingga berbagai produk industri pengolahan bisa lebih mudah dalam menjangkau pasar internasional. Selain itu, Kota Serang sudah dihubungkan jalan tol dengan kota-kota di sekitarnya, seperti Cilegon, Tangerang, bahkan Jakarta. Berbagai kelengkapan infrastruktur tersebut diharapkan dapat menjadi daya tarik bagi investor dalam dan luar negeri, serta wisatawan Nusantara dan manca negara untuk semakin 'menghidupkan' Kota Serang. Dengan adanya pertumbuhan kota diharapkan dapat memacu kesejahteraan masyarakat Kota Serang, maka dampak pemekaran wilayahpun benar-benar dapat dinikmati seluruh lapisan masyarakat.

Selain sebagai pusat perekonomian dan pemerintahan, Kota Serang pun berpotensi untuk dikembangkan menjadi pusat pendidikan dan kebudayaan. Saat ini di Serang terdapat belasan perguruan tinggi dengan berbagai bidang studi, dua di antaranya adalah PTN, yaitu Universitas Tirtayasa (Untirta) dan IAIN Maulana Yusuf. Untuk mempercepat kemajuan Kota Serang dan Propinsi Banten pada umumnya, beberapa bidang studi seperti teknologi informasi, ilmu komunikasi, bioteknologi, ekonomi syariah dan kajian sejarah dan budaya Banten perlu mendapat perhatian yang lebih serius. Kota Serang harus menjadi 'lokomotif' untuk kembalinya masa keemasan Banten, termasuk dibidang budaya, sehingga memberikan inspirasi bagi masyarakat Banten untuk meraih kejayaannya kembali.


Nasib Kab. Serang

Setelah Kota Serang mandiri lalu bagaimana dengan nasib Kabupaten Serang. Banyak persoalan yang akan dihadapi, mulai dari pemindahan ibukota kabupaten, penyusutan pendapatan asli daerah (PAD), distribusi aset, kepegawaian, dan sebagainya. Menyangkut PAD yang meliputi retribusi pasar, parkir, rumah sakit dan terminal bus, yang sebelumnya masuk ke kas Pemda Kabupaten Serang, maka setelah lahir Kota Serang sebagian besar akan masuk ke kas Pemda Kota Serang. Hal ini secara langsung akan menyebabkan penurunan drastis PAD Kabupaten Serang. Kejadian seperti itu pernah dialami Pemda Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat setelah terbentuknya Kota Tasikmalaya. Jika pada tahun 2001 PAD Kabupaten Tasikmalaya mencapai Rp. 25 miliar, maka tahun 2002 setelah Kota Tasikmalaya terbentuk, PAD-nya hanya mencapai Rp. 14 miliar.

Sebagian besar PAD Kabupaten Serang dihasilkan oleh Kecamatan Serang dan sekitarnya, yang tidak lama lagi akan berstatus kota otonom. Namun dalam hal ini Edi Mulyadi, Ketua Tim Percepatan Pembentukan Kota Serang (TPPKS) memperkirakan, bahwa PAD Kota Serang dapat mencapai Rp. 12 miliar, sementara PAD Kabupaten Serang saat ini mencapai Rp. 70 miliar (Tribun, 18 Nopember 2006).

Setelah enam kecamatan 'melepaskan diri' dari Kabupaten Serang, sebenarnya masih tersisa 28 kecamatan lagi. Namun seperti anak ayam yang kehilangan induknya, perlu proses dan waktu yang cukup lama untuk menunggu kebangkitan kecamatan-kecamatan tersebut. Hampir semua kecamatan perkembangannya tidak sepesat Kecamatan Serang yang selama ini menjadi induknya, kecuali Kecamatan Anyer yang memiliki potensi pariwisata dan Kecamatan Cikande yang berkembang pesat karena memiliki kawasan industri.

Untuk terbentuknya Kota Serang, Kabupaten Serang memiliki kewajiban memberikan dukungan pada daerah pemekaran berupa dukungan anggaran sebesar Rp. 5 miliar dari RAPBD 2007. Selain itu Kota Serang mendapat bantuan operasional dari Pemerintah Provinsi Banten sebesar Rp. 5 miliar. Setelah itu Kabupaten Serang akan membutuhkan banyak dana, antara lain untuk menyusun anggaran daerah, mengembangkan potensi wilayah dan memindahkan lokasi ibu kota kabupaten.

Mencari lokasi untuk ibu kota kabupaten tidak mudah, daerah-daerah seperti Kabupaten Bandung, Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Cirebon Jawa Barat, selama puluhan tahun kantor kabupatennya masih menumpang di wilayah Kota. Begitu pula Kabupaten Tangerang, bahkan sampai sekarang upaya pemindahan ibu kota ke Tigaraksa belum tuntas, masih banyak dinas-instansi di lingkungan Kabupaten Tangerang yang masih berkantor di Kota Tangerang.

Pembentukan kota baru seperti Kota Serang, dengan sendirinya menyebabkan kabupaten induk seolah mengalami 'amputasi', sehingga harus merintis berbagai hal dari awal. Dalam beberapa kasus serupa, ternyata tingkat perekonomian seperti pendapatan domestik regional bruto (PDRB) di wilayah kabupaten induk bisa lebih rendah, jika dibandingkan dengan daerah hasil pemekaran. Hal tersebut menjadi 'pekerjaan rumah' yang cukup serius bagi pemerintah Kabupaten Serang pasca terbentuknya Kota Serang. Padahal 'pekerjaan rumah' yang lama pun masih menumpuk, mulai dari persoalan kemiskinan, pengangguran, pendidikan dan kesehatan. Berdasarkan data dari BPS dan Bappeda Kabupaten serang, jumlah keluarga miskin meningkat dari 63 ribu pada tahun 2003, menjadi 103 ribu pada tahun 2005.

Penyelesaian berbagai 'pekerjaan rumah' tersebut membutuhkan kinerja dan sinergi yang baik antara Pemda dan DPRD Kabupaten Serang. Hal yang terpenting ialah bagaimana supaya Kabupaten Serang selaku 'induk' dan Kota Serang selaku 'anak', kondisinya segera pulih pasca proses pembentukannya. Sehingga dengan posisi keduanya sebagai daerah otonom, tetap mampu mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, mengakomodasi prakarsa dan aspirasi masyarakat, dengan selalu memenuhi peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Berbagai ketentuan dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sudah selayaknya dilaksanakan dengan baik dan penuh tanggunjawab, baik oleh Pemda dan DPRD Kabupaten Serang, maupun oleh Pemda dan DPRD Kota Serang. (ATEP AFIA)

Sumber :
Atep Afia
http://bantenkuring.blogspot.com/
26 Mei 2009

Peta Serang


View Larger Map

Sepintas Pantai Anyer


Pantai Anyer dikenal luas bagi masyarakat Jakarta dan banten sebagai suatu tempat wisata pantai yang indah dan menarik untuk dikunjungi. Lokasinya yang tidak terlalu jauh dari Jakarta memjadikan kawasan ini menjadi salah satu obyek wisata favorit bagi masyarakat Jakarta yang ingin melepaskan kepenatan di saat akhir pekan atau liburan karena mempunyai berbagai sarana fasilitas pendukung yang layak.


Kelebihan dan Keistimewaan Pantai Anyer

Pengunjung wisata Anyer bisa menikmati panorama laut biru berlatar horizon langit yang juga biru dari tepi pantai. Pantai berpasir luas dan relatif bersih menjadikan kawasan wisata ini nyaman untuk kegiatan berjemur, membuat patung dari pasir, beraktivitas olahraga, dsb. Air lautnya yang jernih dan bersih sangat mendukung aktivitas pengunjung yang ingin berenang atau menyelam. Area pantai dan lautnya yang berombak relative besar sangat cocok untuk berselancar dan area memancing. Panorama terbit ataupun tenggelamnya matahari dan tingkah burung-burung laut yang terbang rendah dan sesekali menyambar ikan di sepanjang pantai menambahkan pesona betapa asiknya berada di kawasan ini. Para wisatawan dapat menikmati saat saat indah tersebut dari shelter-shelter, taman, pondok-pondok wisata, atau dari atas perahu yang berjalan perlahan di tepi pantai.

Andapun bisa menikmati pesona panorama Pantai Anyer dari atas mercusuar yang terdapat dibeberapa tempat dikawasn tersebut. Dan bilamana anda bosan pun, tersedia tempat penyewaan sepeda bagi kita untuk berkeliling kawasan Pantai Anyer sambil mencari obyek menarik untuk dipotret.


Lokasi Pantai Anyer

Pantai ini berada dalam wilayah administratif Kecamatan Anyer, Kabupaten Serang, Provinsi Banten, Indonesia. Jarak Jakarta – Pantai Anyer sekitar 160 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 2~2.5jam. Dari Kota Serang, Pantai ini berjarak sekitar 35 kilometer.

Bilamana anda dari Jakarta, anda bisa mengambil jalan tol Jakarta-Merak dan kemudian keluar di pintu tol Cilegon Barat, dan dilanjutkan ke anyer. Berbagai papan penunjuk jalan sangatlah mudah kita dapatkan untuk mencapai lokasi yang kita maksud baik menggunakan bus umum maupun menggunakan kendaraan pribadi. Anda juga bisa mengakses Pantai Anyer menggunakan kereta api jurusan Jakarta-Merak.

Waktu tempuh yang hanya 2~2.5 jam bukanlah waktu tempuh yang terlalu lama bagi masyarakan jakarta dan sekitarnya, menjadikan lokasi wisata yang mempunyai berbagai fasilitas ini selalu ramai oleh wisatawan di akhir pekan dan hari libur lainnya.

Akomodasi dan Fasilitas di Pantai Anyer.
Bilamana anda ingin menginap, di kawasan wisata pantai anyer ini tersedia berbagai tempat penginapan seperti: home stay, wisma, hotel, resort, cottage, dan villa dengan berbagai tipe dan harga. Akses internet juga tersedia dibeberapa tempat.

Pedagang kaki lima dengan tenda tenda, rumah makan dan restoran juga tersedia di berbagai tempat yang menawarkan beragam menu yang memberikan banyak pilihan pada anda untuk bersantap makanan yang sesuai dengan selera.

Dikawasan pantai anyer ini juga terdapat pusat informasi pariwisata, pemandu wisata, tempat parkir yang luas, penjaga pantai, arena berjemur, arena bermain anak-anak, kolam renang, camping ground, pondok-pondok wisata, pusat oleh oleh atau suvenir, penyewaan alat selam, penyewaan perahu dan speed boat, hingga penyewaan sepeda.


Sumber :
http://www.citraindahrumahku.com/2009/08/anyer/
26 Agustus 2009

Sumber Gambar:
http://farm3.static.flickr.com/2118/2062920686_7d51d8ebbf.jpg

Peninggalan Sejarah Di Kabupaten Serang


1. Profil Kabupaten Serang
Serang sebagai salah satu dari enam kabupaten di Propinsi Banten, terletak di ujung barat bagian utara Pulau Jawa dan sebagai pintu gerbang utama yang menghubungkan Pulau Sumatera dengan Pulau Jawa yang berjarak sekitar 70 km dari Jakarta sebagai ibukota Negara Republik Indonesia.

Kabupaten Serang sekarang sebagai ibukota Propinsi Banten. Luas wilayah kabupaten Serang mencapai 170.341,25 hektar yang tersebar menjadi 34 wilayah kecamatan, 353 desa dan 20 kelurahan. Berdasarkan hasil sensus tahun 2000, penduduk Kabupaten Serang berjumlah 1.631.571 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk rata-rata 959 jiwa/km2.

Propinsi Banten umumnya dan Kabupaten Serang khususnya merupakan salah satu daerah tujuan wisata di Indonesia yang memiliki obyek dan daya tarik wisata alam dan budaya yang beraneka ragam. Salah satu daya tarik wisata yag sangat menarik di propinsi Banten adalah wisata budaya.

Banten sangat kaya akan tinggalan arkeologis sisa kejayaan Banten di masa lalu,mulai dari kebudayaan prasejarah hingga masa penjajahan Belanda. Bukti-bukti sejarah Banten di masa lalu sangat potensial untuk digali lebih dalam dan dikembangkan menjadi obyek daya wisata budaya.

Keberadaan obyek daya tarik wisata budaya yang ada di Banten tersebar luas di seluruh wilayah Banten, sebagian besar banyak ditemukan di wilayah Kabupaten Serang yang sejak dahulu identik dengan sebutan Banten.

2. Peninggalan sejarah di Kabupaten Serang
Berdasarkan bukti-bukti sejarah dan didukung banyaknya tinggalan arkeologis di Serang, karena Serang pada masa lampau pernah menjadi pusat kerajaan Islam terbesar di Nusantara pada abad XVI yang berpusat di kawasan Banten Lama.

Banten Lama merupakan kawasan kepurbakalaan yang menjadi salah satu obyek wisata budaya unggulan di Kabupaten Serang. Dari bukti-bukti sejarah tersebut, terungkap bahwa Banten pernah menjadi kota pelabuhan internasional dari sebuah kerajaan Islam yang makmur dan ramai dikunjungi para pedagang asing dari berbagai Negara.

2.1 Komplek Keraton Surosowan
Keraton ini dibangun oleh Maulana Hasanuddin Sultan Banten pertama pada tahun 1552 sampai pada tahun 1570, untuk benteng dan gerbangnya terbuat dari batu karang dan batu bata dibangun pada masa pemerintahan Maulana Yusuf sebagai Sultan kedua Banten pada tahun 1570 sampai 1580.

Komplek Keraton Surosowan sekarang ini sudah hancur, yang tersisa hanya tembok benteng yang mengelilingi bangunannya, yaitu berupa pondasi dan tembok dinding, dan bangunan pemandian serta sebuah kolam taman dengan bangunan bale kambangnya.

Di dalam Komplek Keraton Surosowan terdapat pula Gedong Pakuwon yang berbentuk persegi panjang dengan ukuran dinding sekitar 2 meter dan lebar 5 meter, panjang sisi timur dan sisi baratnya kira-kira sekitar 300 meter. Kemudian dinding sisi utara dan sisi selatan 100 meter maka luas secara keseluruhan sekitar 3 hektar. Pintu masuk merupakan pintu gerbang utama terletak di sebelah utara menghadap ke alun-alun.

2.2 Alun Alun
Alun-alun ini terletak di sebelah timur Masjid Agung atau sebelah barat Keraton Surosowan yang berupa lapangan tanpa pagar pembatas. Dahulu alun-alun berfungsi sebagai tempat berkumpul rakyat untuk mendengarkan pegumuman dari Sultan, tempat berlatih prajurit keraton dan tempat aktivitas sosial lainnya.

Alun-alun merupakan suatu komponen tetap dalam pola umum tata perkotaan kerajaan Islam di Indonesia selain istana , masjid dan pasar.

2.3 Masjid Agung Banten
Masjid Agung ini terletak bagian barat alun-alun kota, diatas tanah seluas 0,13 hektar, didirikan pada masa pemerintahan Maulana Hasanuddin,yang dirancang bangun tradisional. Bangunan masjid ini berdenah segi empat dengan atap bertingkat bersusun 5 atau dikenal dengan istilah atap tumpang. Tingkat tiga yang teratas sama runcingnya. Di bagian puncak terdapat hiasan atap yang biasa disebut mamolo.

Pondasi masjid setinggi kurang lebih 70 cm, ini berhubungan dengan konsep pra Islam dimana tempat suci selalu berada di tempat yang tinggi.. Pada bagian depan terdapat parit berair yang disebut kulah, fungsinya adalah sebagai kolam wudlu.

Bagian utama ruang shalat, serambi timur, utara dan serambi selatan dilapisi oleh ubin marmer. Bangunan utama masjid dibatasi oleh dinding, keempat sisinya terdapat pintu yang menghubungkan ruang utama dengan serambi masjid yang berada disisi utara, selatan dan timur.

Bangunan masjid ini ditopang oleh dua puluh empat tiang (soko guru), empat tiang utama terletak pada bagian tengah ruangan. Pada bagian bawahnya terdapat empat buah umpak batu berbentuk buah labu. Mihrab terdapat pada dinding sebelah barat berupa ceruk tempat imam memimpin shalat.

Dinding timur memisahkan ruang utama dengan serambi timur yang mempunyai bentuk atap limas. Pada dinding ini terdapat empat buah pintu masuk yang rendah, sehingga setiap orang akan masuk ke ruangan utama harus menundukkan kepala.

Masjid Agung ini memiliki.kharisma yang tinggi, terlihat dari banyaknya peziarah yang mendatagi masjid. Selain berjiarah untuk memperoleh barokah dan qharomah, mereka juga ingin menyaksikan secara langsung kebesaran masjid Agung Banten ini.

2.4 Menara Masjid
Menara masjid ini terletak di depan halaman komplek masjid, sedangkan tinggi bangunannya adalah 23,155 meter. Menara masjid Agung Banten ini di bangun diatas dasar atau lapik yang berbentuk segi delapan. Badan menara berbentuk kerucut persegi, hanya bagian atasnya tidak lagsung akan tetapi ada pembatas yang berupa pelipit yang membatasi antara badan menara dengan kepala menara. Pintu masuk terdapat di sisi utara, bagian atas pintu menara diberi hiasan yang berbentuk kepala kala dan hiasan sayap

Untuk menuju ke atas menara harus melewati 83 buah anak tangga dengan jalan yang cukup hanya satu orang. Bagian paling atas menara berbentuk setengah bola, dan di puncak atap terdapat mamolo.

Tidak diketahui secara pasti kapan bangunan ini didirikan, akan tetapi menurut sejarah Banten disebutkan bahwa “ kangjeng Maulana (Hasanudidin) adarbe putra satunggal lanang jeneng putra mangke nuli den wastane Maulana Yusuf ingkang puniko jeneng yusuf sampung gung ingkeng putra pan sapan adarbe rayi naika iku waktu ning wangun munare “. Berdasarkan tinjauan seni bangunan dan hiasan dengan ragam hias Salib Portugis, tumpal motif panil; bahwa menara mesjid itu didirikan pada tahun 1560-1570.

2.5 Keraton Kaibon
Komplek Keraton Kaibon terletak di Kampung Kroya sebagai tempat kediaman ibu Ratu Aisyah, ibunda Sultan Syafifuddin.. Pada tahun 1832 keraton ini dibongkar pemerintah Hindia Belanda, yang tersisa hanya fondasi, tembok dan gapura .

Keraton Kaibon mempunyai sebuah pintu besar yang dinamai Pintu Dalem, di pintu gerbang sebelah barat yang menuju ke mesjid. Di Dalam Keraton Kaibon terdapat tembok yang dipayungi sebuah pohon beringin. Pada tembok tersebut terdapat 5 buah pintu yang bergaya Jawa dan Bali ( Paduraksadan Bentar )

2.6 Benteng Speelwijk
Benteng Speelwijk terletak di kampung Pamarican dekat dengan Bandar Pabean kira-kira 600 meter sebelah barat laut Keraton Surosowan, dengan denah persegi panjang dengan setiap sudutnya terdapat bastion. Benteng ini didirikan pada tahun 1585 oleh Belanda di atas reruntuhan sisi utara tembok keliling kota Banten.

Bagian dalam dari benteng Speelwijk terdapat beberapa ruangan. Untuk memasuki ruangan-ruangan tersebut harus melalui lorong yang sempit dan berkelok. Sedangkan ruangan yang nampak utuh sampai sekarang adalah sisi ruangan barat daya benteng yang berukuran 4x 6 meter dengan dua lubang angin berbentuk segi empat yang tepat di bagian atap.

Nama Benteng Speelwijk ini diberikan bangsa Belanda adalah untuk meghormati Gubernur Jenderal Cornellis Janszzon Speelmen pada tahun 1681-1684.

2.7 Kerkhof
Kerkhof adalah sebuah tempat penguburan orang-orang Eropa yang terletak di bagian luar sisi tembok timur benteng. Disini dikuburkan orang-orang Belanda, Perancis, Inggris dan orang Eropa lainnya.

Kerkhof memiliki bentuk jirat dan nisan yang berukuran besar. Komplek pemakaman Kerkhof sekarang sudah tidak terawat. Di pemakanan ini terdapat sekitar 50 makam dengan berbagai ukuran dan tempat.

2.8 Kelenteng Avalokitesvara
Kelenteng Avalokitesvara terletak di sebelah barat Benteng Speelwijk. Semula kelenteng ini terletak di Dermayon dibangun oleh masyarakat Cina yang bermukim di Banten. Kelenteng ini dibangun tidak diketahui. Akan tetapi menurut tradisi kelenteng dibangun sekitar tahun 1652 pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa.

Pada tahun 1659 kelenteng menempati loji Belanda dan kelenteng lama menurut catatan Valentjin (1725) berlokasi di sebelah selatan menara lama ( Masjid Pecinan Tinggi). Pada tahun 1774 kelenteng dipindahkan ke Kampung Pamarican, desa Pabean.

2.9 Masjid Pecinan Tinggi
Masjid ini terletak di sebuah kampung Pecinan, akan tetapi hanya tinggal reruntuhannya saja dengan sisa pondasi bangunan induknya yang terbuat dari bata dan batu karang, dengan sisa mihrab yang membujur arah timur barat. Sedangkan di bagian halaman ini terdapat bagunan menara yang berdenah bujur sangkar, namun bagian atas menara ini sudah hancur.

2.10 Tasikardi
Tasikardi adalah sebuah danau yang terletak sekitar 2 km kearah Keraton Surosowan yang dibagun untuk ibunda Sultan Maulana Yusuf untuk bertafakur di pulau buatan. Pulau ini berbentuk segi empat yang dikelilingi oleh tembok disetiap sisinya. Tasikardi memiliki luas sekitar 5 hektar, sedangkan airnya hanya memenuhi sekitar 4 hektar dengan kedalaman lebih dari 1 meter. Danau buatan ini dahulu berfungsi memasok air bersih bagi kota Surosowan, termasuk untuk mengairi persawahan. Air dialirkan melalui penyaringan yang dikenal dengan istilah pengindelan.

Pengindelan ini terdapat 3 pengindelan; yaitu pengindelan abang, pengindelan putih dan pegindelan emas sebelum akhirnya menjadi air bersih. Antara Danau Tasikardi dan bangunan pengindelan dihubungkan dengan pipa-pipa yang terbuat dari tanah liat yang dibakar atau disebut terakota. Sisa-sia saluran itu kini sudah tidak dapat lagi terlacak karena daerah sekitar pengindelan sudah menjadi pesawahan penduduk setempat.

2.11 Pengindelan Abang
Pengindelan abang merupakan bangunan penyaring pertama yang meyalurkan air dari danau Tasikardi. Bangunan ini terbuat dari batu bata, terdapat rongga di dalamnya yang berbentuk lengkung sempurna dengan ditopang oleh dua pilar yang kokoh untuk menopang atap.

Ukuran panjang bagunan ini 18 meter dengan lebar 6 meter, terdapat satu pintu masuk berbentuk lengkung dengan tinggi sekitar 1,5 meter Pada bagian sudut pertemuan antara atap dan dinding terdapat hiasan dengan bentuk pelipit. Dalam pengindelan abang ini masih terdapat air yang menggenang yang bercampur dengan sampah.

2.12 Pengindelan Putih
Pengindelan putih merupakan bangunan penyaringan kedua setelah pengindelan abang. Letaknya jauh di tengah persawahan penduduk Bangunan ini memiliki ukuran yang hampir sama dengan pengindelan abang, hanya bentuk bangunan yang agak sedikit berbeda.

Atap bangunan pengindelan putih bentuknya setengah lingkaran dengan bentuk dinding muka dan belakag menyerupai lengkung makara dengan lubang bulat di bagian belakang. Pada bangunan pengindelan putih di sisi kiri dan kanan terdapat 3 buah “ kaki”, satu pada setiap sudut dan satu di tengah, diantaranya terdapat lubang yang berbentuk segi empat. Untuk pintu masuk terdapat pada dinding muka dengan bentuk lengkung dengan ketinggian sekitar 1,2 meter.

2.13 Pengindelan Emas
Bangunan pengindelan emas hanya tersisa setengah bagian saja, bagian atapnya pun sudah hancur. Bagian depan terdapat sisa bekas saluran air yang terbuat dari batu bata, bentuk asli dari bangunan ini tidak diketahui secara pasti. Pengindelan emas merupakan penyaringan air yang terakhir sebelum masuk ke dalam benteng Surosowan, air yang keluar dari Pengindelan Emas sudah dalam keadaan bersih dan dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari.

2.14 Museum Situs Banten Lama
Museum Situs Banten Lama berdiri di atas lahan seluas 10.000 m2 dengan luas bangunan 778 m2, Museum ini diresmikan oleh Dirjen Kebudayaan Prof.Dr.Haryati Subandio pada tanggal 15 Juli 1985. Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama selain dimanfaatkan sebagai tempat menyimpan benda cagar budaya bergerak hasil penelitian yang berasal dari situs Banten Lama dan sekitarnya. Selain itu Museum Situs Banten Lama dapat juga dimanfaatkan sebagai media atau sarana yang bersifat rekreatif ilmu pengetahuan dan sebagai sumber inspirasi.

Pendirian Museum Situs Banten Lama didasari karena adanya potensi budaya, dengan cakupan koleksi yang dihimpun adalah benda-benda yang memberikan gambaran tentang sejarah alam dan budaya yang berkembang sejak masa prasejarah hingga sekarang.

Koleksi Museum Situs Banten Lama dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok koleksi, diantaranya :

a. Arkeologika, tergolong dalam kelompok ini adalah Arca Nandi, mamolo, gerabah, atap,lesung batu dan lain sebagainya.

b. Numismatika, berupa koleksi mata uang, baik mata uang asing maupun mata uang yang dicetak oleh Masyarakat Banten. Mata uang yang pernah dipakai sebagai alat tukar yang sah dalam transaksi jual beli ketika itu adalah caxa/cash, mata uang VOC, mata uang Inggris, tael dan mata uang Banten sendiri. Pada masa pergerakan, mata uang Banten disebut ORIDAB, kependekan dari Oeang Republik Indonesia Daerah Banten.

c. Etnografika, berupa koleksi miniatur rumah adat suku Baduy, berbagai macam senjata tradisional dan peninggalan kolonial seperti tombak, keris, golok, peluru meriam, pedang, pistol dan meriam. Koleksi pakaian adat dari masa Kesultanan Banten, kotak peti perhiasan dan alat-alat pertunjukan Kesenian Debus.

d. Keramologika, berupa temuan-temuan keramik, baik itu keramik local ataupun keramik asing. Keramik asing berasal dari Birma, Vietnam, Cina, Jepang, Timur Tengah dan Eropa. Masing-masing keramik memiliki ciri-ciri khas sendiri. Keramik lokal lebih dikenal sebagai gerabah yang diproduksi dan berkembang di Banten. Gerabah tersebut biasa digunakan sebagai alat rumah tangga, bahan bangunan serta wadah pelebur logam yang biasa disebut dengan istilah Qowi.

e. Seni rupa, yaitu berupa hasil reproduksi lukisan atau sketsa yang menggambarkan aktivitas masyarakat Banten masa itu. Ada reproduksi lukisan duta besar Kerajaan Banten untuk Kerajaan Inggris, yakni Kyai Ngabehi Naya Wirapraya dan Kyai Ngabehi Jaya Sedana yang berkunjung ke Inggris pada tahun 1682. Reproduksi kartografi Banten in European Perspective, lukisan-lukisan yang menggambarkan suasana di Tasikardi dan diorama latihan perang prajurit Banten.

Adapun di halaman muka museum masih terdapat beberapa artefak lain, di antaranya :

2.15 Meriam Ki Amuk
Meriam ini semula terletak di Karangantu, sebelum dipindahkan ke halaman museum sekarang, yang sempat ditempatkan di sudut tenggara alun-alun. Pada museum tersebut terdapat tiga buah prasasti berbentuk lingkaran dengan huruf dan Bahasa Arab. Prasasti tersebut berbunyi : ‘ akibatul khairi, salamatul imani :. Kalimat tersebut menurut K.C.Crucq merupakan candra sangkala atau penanggalan yang memiliki makna angka tahun 1450 Saka atau 1628/1629 Masehi. Meriam Ki Amuk terbuat dari tembaga dengan panjang sekitar 2,5 meter. Meriam ini sebagai hasil rampasan dari tentara Portugis yang berhasil dikalahkan. Untuk mempermudah membawa meriam, dibuatkan gelang di sebelah kiri dan kanannya.

Menurut cerita, Ki Amuk mempunyai kembaran yang bernama Ki Jagur, Ki Jagur ini memilki gelang pada pangkalnya dengan hiasan berbentuk tangan yang sedang mengepal dengan dua jari yang menyeruak di antara jari tengah dan jari telunjuk. Meriam Ki Amuk sekarang berada di Museum Fattahillah Jakarta.

Sumber :
Drs. Herry Wiryono
http://bpsnt-bandung.blogspot.com/2009/07/peninggalan-sejarah-di-kabupaten-serang.html

Sumber Gambar:
http://farm3.static.flickr.com/2251/2075198623_367d71b49f.jpg

Kota Harmoni Itu Bernama Serang

MEMBICARAKAN Kabupaten Serang, rasanya tak lengkap jika tak menengok sejarah kemunculan kerajaan-kerajaan yang pernah berdiri di hamparan daerah tersebut. Apalagi memang sejarah kota tersebut banyak yang ditorehkan lewat kemunculan dan kejayaan keraton-keraton yang pernah ada.

Sebagai salah satu kota lama, Serang banyak memiliki peninggalan historis berupa beberapa keraton beberapa ratus tahun lalu. Barangkali kita hanya mengenal Kasultanan Banten semata. Padahal, di luar kerajaan Islam itu, pernah ada kerajaan dengan keraton yang cukup punya nama seperti keraton Kaibon dan Surosanan. Keduanya berdiri dan berkembang pada sekitar abad ke-16.

Paling menarik adalah mencermati bahwa pertumbuhan dan perkembangan keraton-keraton tersebut ternyata tak semata meninggalkan simbol-simbol fisik. Peninggalan kultural-sosial yang sampai sekarang masih menjadi cara pandang dan sikap masyarakatnya pun patut dicatat.

Ya, itulah salah satu hal menarik dari daerah tersebut. Mengapa? Sebab, meskipun zaman terus merangkak pada tataran modernitas, keteguhan masyarakatnya untuk tidak meninggalkan tradisi kebudayaan yang telah diwariskan secara turun-temurun adalah soal menarik.

Maka bisa kita lihat, meskipun ciri-ciri modernitasnya tetap tampak, Kota Serang tetap domin dalam julukan wilayah religius. Seperti umum diketahui, religiositas yang menjadi warisan dari budaya keraton (dengan kerajaan-kerajaan Islamnya) nyatanya memang tak lekang oleh moderenitas zaman.

Sisi kemenarikan lainnya, kedua aspek tersebut bisa dipadukan ke dalam sebuah kultur masyarakat yang begitu menarik dalam kehidupan sosialnya. Mau bukti? Lihatlah bagaimana masyarakat di daerah tersebut yang masih begitu lekat dengan unggah-ungguh tradisi budayanya, namun dengan tetap tidak terasa ketinggalan zaman.
Atau kalau tidak dengan cara itu, cobalah untuk menyusuri berbagai wilayah kota tersebut. Begitu banyak tengara mengenai bagaimana modernitas itu tidak begitu saja menghilangkan simbol-simbol tradisionalitas kewilayahannya.

Begitulah adanya. Kabupaten Serang jadi begitu mengasyikkan untuk dikunjungi. Di luar kehidupan sosial masyarakatnya, kabupaten tersebut juga menawarkan banyak daya tarik yang lain, khususnya yang berhubungan dengan tempat pelesiran.
Dan jangan salah, jika menyebut tempat pelesiran, itu hanya sekadar wisata alam. Tidak, tidak hanya itu memang. Karena di daerah itu masih ada wisata lain yang juga tak kalah menarik selain tempat-tempat yang menghadirkan tentang keindahan alam. Lebih tepat lagi kalau disebut sebagai warisan dari kebudayaan yang mengimplikasikan perpaduan modern dan tradisi, aspek yang menjadi ciri khas kuat Kabupaten Serang.

***

KABUPATEN Serang termasuk di dalam wilayah Provinsi Banten. Ia berada di bagian ujung barat Pulau Jawa yang berbatasan langsung dengan Selat Sunda. Dengan letak geografisnya yang demikian, kabupaten itu tidak hanya memiliki wilayah dataran saja. Sebab, sebagian di antara luas wilayahnya yang 170.166 itu berupa kawasan pantai dan laut.

Letak geografis seperti itu, tak pelak lagi membuat Kabupaten Serang dikenal kaya akan sumber daya alam. Sumber tersebut selanjutnya berkembang menjadi berbagai macam aset, baik aset yang sifatnya berhubungan dengan dunia industrial, maupun aset-aset alam yang berhubungan dengan dunia kepariwisataan.

Dengan begitu, menyusuri wilayah kabupaten tersebut, sama halnya dengan perselancaran mengagumi kemolekan suatu daerah yang memiliki banyak potensi. Bukan saja potensi tentang kekayaan alamnya, namun juga budaya perilaku dari kehidupan sehari-hari masyarakatnya.

Ada beberapa hal yang menarik dari kabupaten ini. Sebut misalnya dengan kondisi geografis wilayahnya beserta pembagian daerah atau konsepsi wilayahnya. Bagusnya, pembagian itu begitu spesifik. Daerah sebelah timur dikhususkan sebagai kawasan industri, sementara di bagian selatan dan utara sebagai kawasan pertanian. Adapun kawasan tengah (pusat) dan barat dijadikan sebagai kawasan untuk pengembangan kepariwisataan.

Dengan pemetaan seperti itu, hasilnya sungguh sangat unik. Di bagian timur tampak menjamur berbagai industri (berskala besar maupun kecil), sementara bentangan sawah luas menghampar di sepanjang wilayah bagian selatan dan utara. Lalu di bagian barat, banyak tempat-tempat pengembangan wisata yang sudah dan sedang digarap.

Sektor industri, pariwisata dan pertanian memang menjadi program andalan dari Kabupaten Serang. Dalam kerangka itu pulalah, pemetaan wilayah yang demikian kemudian muncul. Meskipun di sisi lain, hal tersebut sebenarnya juga untuk memudahkan penanganan dan pelayanannya.

Menariknya, menurut keterangan sumber dari kantor kabupaten setempat, pada bagian kawasan yang dikhususkan sebagai kawasan industri masih dipetakan lagi dalam beberapa zona. Zona barat seluas 1.300 Ha memiliki jumlah industri yang telah dan sedang dibangun sebanyak 177 perusahaan dan kawasan industri sebanyak 3 perusahaan. Zona tersebut diperuntukkan bagi industri berat seperti jenis industri mesin logam besar, kimia, rekayasa rancang bangun, dan industri maritim serta pembangunan pelabuhan.

Sedangkan di zona timur dengan luas 15.000 Ha, di dalamnya terdapat sekitar 183 perusahaan dan kawasan industri sebanyak 7 perusahaan. Zona itu diperuntukkan bagi industri aneka seperti elektronik, sepatu, garment, mainan anak dan mebel.
Lantas bagaimana dengan sektor yang lain, pariwisata misalnya? Khususnya untuk bidang tersebut, rasanya kekayaan aset Kabupaten Serang tak diragukan lagi. Bukan hanya karena memiliki wisata alam saja, namun juga dengan keberadaan wisata seni (sejarah) dan wisata industrinya.
Demikian pula dengan sektor pertanian. Apalagi, daerah pertanian di wilayah tersebut dikenal sebagai daerah yang subur. Begitu pula dengan kekayaan sumber air yang mereka miliki. Sudah pasti itu akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan sektor pertanian.

Sementara itu, kehidupan sosial dari masyarakat di daerah tersebut juga tergolong unik. Perpaduan kultur tradisi dengan modern yang tampak begitu dominan membuat kehidupan keseharian dari masyarakatnya menjadi terasa menarik.
Ada satu contoh kecil terkait dengan keunikan perpaduan tradisi modern tersebut. Misalnya saja pada kehidupan dari kaum perempuannya. Ketika menyusuri berbagai wilayahnya, sangat sulit menemui perempuan yang tidak memakai jilbab. Karena hampir semua kaum hawa yang tinggal dan berada di daerah tersebut rata-rata selalu mengenakan jilbab.

Menurut penuturan masyarakat setempat, budaya seperti itu memang telah melekat sejak dahulu. Bahkan itu sudah menjadi semacam tradisi yang mengakar mengingat sejak zaman kerajaan, tempat tersebut memang telah dikenal sebagai kota santri.
Satu bukti betapa kemodernan itu ternyata tak selalu harus disikapi dengan meninggalkan budaya tradisi. Paling tidak, hal seperti itu terjadi di Kabupaten Serang yang masyarakatnya memang masih tetap memegang teguh adat istiadat dari para pendahulunya.

Di luar sikap dan perilaku masyarakatnya, masih ada hal lain yang juga mengungkap perpaduan tradisi moderen tersebut. Di antaranya tentu saja dengan ”wajah” kota yang memang banyak mengungkapkan simbol-simbol dari perpaduan tersebut.
Lihat misalnya, penataan Kota Serang. Sebagai salah satu daerah yang begitu dekat dengan Kota Metropolitan Jakarta, ternyata tidak lantas membuat Serang tampak seperti kota yang metropolis. Bahkan mungkin malah jauh dari kesan tersebut.
Sebaliknya, Serang adalah sebuah kota yang tetap menonjolkan ciri khasnya. Meski sarana dan fasilitas boleh dikata cukup lengkap dan mungkin tak kalah dengan daerah lain, namun simbol-simbol yang menjadi ciri kota tersebut masih tetap ada dan dipertahankan.

Hamparan tanah lapang dari alun-alun, lalu Masjid Agung yang berdiri kokoh, serta keberadaan pasar-pasar tradisional yang berada di tengah kota, adalah sebuah tengara betapa ciri khas itu ternyata masih tetap menjadi simbol dari kota tersebut.
Dengan situasi dan kondisinya yang masih demikian, maka Kota Serang begitu layak untuk di susuri. Karena di tempat tersebut tidak hanya sekadar menawarkan kenyamanan alam, lebih dari itu akan menawarkan pula tentang sejarah, seni, bahkan perilaku kehidupan masyarakatnya yang masih begitu lekat dengan akar budaya tradisinya. Sebuah kota harmoni yang memadukan tradisi dan modernitas. (*)

Sumber :
http://aryhdy.blog.friendster.com/2005/04/kota-harmoni-itu-bernama-serang/

Senin, 30 November 2009

Masjid Agung Banten

Masjid ini didirikan sekitar tahun 1552-1570 m saat pemerintahan sultan Maulana Hasnuddin. Bangunan Masjid berbentuk bujursangkar dengan atap tumpang dan berserambi di kanan dan kiri bangunan utama. Dihalaman masjid terdapat kompleks pemekaman keluarga Sultan, Pada sisi selatan terdapat tiyamah yang bercorak bangunan eropa, Hal ini terjadi karena bangunan tersebut dibangun oleh pemerintah Kolonial Belanda dalm ragka pendekatan kepada Sultan.Tyamah ini berfungsi sebagai tempat bermusyawarah dalam pembahasan masalah-masalah keagaman juga kemasyarakatan. Masjid ii berloksi di desa Banten, kecamatan Kasemen, Kabupaten Serang.

Sumber:
Direktori masjid Bersejarah, Departemen Agama RI, Jakarta 2008 dalam :

http://wisatasejarah.wordpress.com/2009/09/07/masjid-agung-banten/

Kota Serang Resmi Terbentuk

Daerah Otonom Kota Serang, Banten, resmi terbentuk. Lahirnya daerah otonom baru di Banten ini ditandai dengan pengesahan Rancangan Undang-Undang Pembentukan Kota Serang oleh Dewan Perwakilan Rakyat, Selasa (17/7).

"Alhamdulillah, perjuangan warga Serang selama enam bulan ini tercapai sudah. Kota Serang sudah resmi terbentuk," ujar Ketua Tim Percepatan Pembentukan Kota Serang, Edy Mulyadi.

Edy mengatakan pembentukan Kota Serang sangat dibutuhkan, bukan untuk kepentingan elite tertentu, tapi seluruh warga Kota Serang nantinya. "Dari awal kami sudah tekankan tujuan dibentuknya Kota Serang adalah menyejahterakan warga Kota Serang." katanya.

Kota Serang akan meliputi enam kecamatan, yakni Kecamatan Serang, Cipocok Jaya, Curug, Taktakan, Kasemen dan Walantaka, dengan 20 kelurahan dan 49 desa. Jumlah penduduk wilayah ini sebanyak 543 ribu jiwa.

Asisten Bidang Pemerintah Pemprov Banten, Asmudji, mengatakan dalam waktu dekat ini pihaknya akan mengiventarisir pengalihan aset dari Pemerintah Kabupaten Serang ke Kota Serang.

"Ada beberapa aset yang secara otomatis harus dialihkan setelah Kota Serang terbentuk," kata Asmuji. Selain itu, Pemerintah Provinsi Banten tengah mengkaji sejumlah nama yang akan ditempatkan sebagai pelaksana tugas Wali Kota Serang.

"Beberapa kepala biro ada yang golongannya sudah memumpuni, kini digodok untuk ditunjuk sebagai plt Wali Kota," kata Asmudji. Terkait inventarisasi siapa saja calon penjabat itu, Asmuji mengatakan hal itu kewenangan Gubernur.


Sumber :
Faidil Akbar
http://www.tempo.co.id/hg/nusa/jawamadura/2007/07/17/brk,20070717-103876,id.html
17 Juli 2007

Kota Serang yang Tidak Berkarakter

Mungkin masih kuat tertanam ingatan di dalam kepala kita, ketika Undang-undang Nomor 23 tahun 2000 tentang Provinsi Banten yang disambut dengah haru itu lahir, dan menetapkan Serang sebagai ibu kota provinsinya, maka sejak itu gagasan dan keinginan pembentukan Kota Serang mewacana. Lazimnya sebuah ibu kota provinsi adalah kota otonom. Walau, kadangkala tidak pernah terlepas dari kepentingan elit politik Banten untuk berbagi “kue-kue” kekuasaan.

KARAKTER KOTA

Saat ini tidak penting lagi kita setuju atau tidak. Toh, anggukan dan gelengan kepala kita tidak akan berarti apapun. Kota ini telah legal berdiri pada hari Selasa 17 Juli 2007 dan RUU Serang disahkan oleh DPR/MPR-RI menjadi Undang Undang Nomor 32 tahun 2007 dengan pendapatan Asli Daerah (PAD) yang hanya mengandalkan sektor jasa dan perdagangan. Mal-mal berdiri di sana-sini dengan dalih mendongkrak PAD. Sisanya “utang” belanjanya tentu saja wajib dibebankan pada rakyat; retribusi Kartu Tanda Penduduk (KTP), akta keluarga, kelahiran, dan pengurusan surat-surat lainnya yang seharusnya gratis malah menjadi bisnis yang menggiurkan bagi pemerintah kota.

Di sisi yang lain, dalih mengeruk PAD ternyata mengorbankan sisi lain kota ini; fungsi sosial dan fungsi budaya di(ter)lupakan. Kita jadi kehilangan trotoar untuk berjalan kaki, kehilangan ruang terbuka hijau berganti dengan pertokoan, kehilangan pandangan karena terhalang oleh baligo-baligo yang bertebaran di sepanjang jalan, kehilangan alun-alun yang nyaman, kehilangan bioskop, kehilangan gedung-gedung tua, dan akhirnya kita akan kehilangan jiwa-jiwa kita sebagai mahluk zoon politicon. Karena ruang-ruang publik yang bisa digunakan sebagai ruang berekspresi dan bersosialisasi, semakin hari semakin termarjinalkan, terkurung di dalam dinding-dinding rumah kita. Lalu, siapa yang mestinya bertanggungjawab dalam hal ini?

Imam (23), warga serang mengungkapkan kegalauan hatinya melihat kota Serang yang semakin kehilangan identitas sebagai ibu kota provinsi, karena tidak ada bedanya dengan kota-kota lain. Bentuk bangunan, mal, pasar, taman, semuanya sama. “Sebagai ibukota provinsi, kota Serang harusnya berkarakter dan tentu saja harus memberikan kenyamanan dan keramahan pada warganya. Kalo ditanya yang mesti bertanggung jawab siapa? Tentu saja kita semua yang harus bertanggungjawab, karena tidak menganggap penting ruang-ruang yang ada di kota ini. Kita membiarkan saja alun-alun tidak menarik, membiarkan gedung-gedung tua di ganti tempat-tempat perbelanjaan, dan membiarkannya hancur, harusnya kita bereaksi ketika ruang-ruang itu hilang,” ungkap pemuda yang bekerja di mini market ini.

Lain halnya dengan Ade Jaya Suryani MA, staf di Bantenology IAIN SMH Banten. Ade mengungkapkan, yang harus bertanggungjawab adalah walikota sebagai pimpinan tertinggi di kota. Bagaimanpun otoritas tertinggi untuk membuat kota ini nyaman dan berkarakter adalah pucuk pimpinanya. “Jika tujaunnya baik dan visi misinya jelas, warga kota pasti mendukung,” tambah akademisi yang menyelesaikan S2-nya di Universitas Leiden Belanda ini.

FAKTA SEJARAH

Ketika membaca ulang sejarah kota Serang, fakta sejarah mengatakan bahwa serang merupakan pusat pemerintahan, pusat perdagangan dan pusat kebudayaan, baik pada zaman kesultanan, zaman kolonial, maupun pada zaman kemerdekaan. Kita tidak bisa memungkiri itu. Bukti-bukti sejarah berupa bangunan-bangunan tua masih berdiri kokoh di sepanjang jalan protokol kota ini; kantor Residen Banten (sekarang; Gubernur Banten), Kantor Bupati Serang, Gedung Osvia (sekarang: Markas Polres Serang), gedung “Joeang” 45, Noormale School yang kini menjadi Markas Korem Maulana Yusuf. Sebagai pusat dari ketiganya, seharusnya itu dijadikan sebagai latar belakang Rencana Tata bangun dan Lingkungan (RTBL) Kota Serang.

Beberapa Gedung tua sudah hilang atau berganti dengan bangunan-bangunan lain yang dianggap lebih punya nilai bisnis. Seperti rumah dinas dokter di Alun-alun selatan Serang, berubah jadi Hotel Mahadria, Tiang Gantungan di depan Kantor Gubernur hilang tak berjejak, Markas Kodim 0602 Maulana Yusuf yang dulunya adalah salasatu hotel Belanda dan markas PWI berubah jadi Ramayana Mal Serang, bioskop Merdeka di Royal jadi pertokoan dan kurang berfungsi, dan Pelita Theatre di Pasar Lama sebentar lagi mengalami hal serupa. Padahal menurut PP nomor 35 tahun 1993 tentang Benda Cagar Budaya, pasal 27 ayat 2: Bahwa setiap pemugaran harus memperhatikan keaslian bentuk, bahan, pengerjaan, tata letak, serta nilai sejarahnya.

Ade (47), seorang buruh pengangkut kayu balok menyayangkan jika pemerintah menghancurkan gedung-gedung tua. “Gedung-gedung tua itu seharusnya dilestarikan bukan dihancurkan,” tutur bapak 5 anak dan 6 cucu ini.

Hal yang sama dkatakan oleh Smus (37), seorang pendatang. “ Justru saya merasa nyaman tinggal di Serang karena banyak gedung tuanya,” ungkap nelayan di Pelabuhan Karanghantu ini. “Tapi, sekarang mulai tidak nyaman, nih.”


KARAKTER BUDAYA

Dalam Forum Design Seminar Tata kota Serang yang dilaksanakan oleh Satuan Kerja Penataan Bangunan dan Lingkungan Provinsi Banten, Pemkot Serang, dan IAI (Ikatan Arsitek Indonesia) Banten pada Kamis (29/10), bertempat di Ruang Krakatau Hotel Le Dian, Ridwan Kamil, ST selaku pembicara menjelaskan, bahwa kota yang berkarakter adalah kota yang mempunyai ciri khas.

Saat di wawancra wartawan www.rumahdunia.com Ridwan Kamil menegaskan, “Ciri khas Serang sangat jelas sekali, yaitu banyaknya bangunan peninggalan masa kolonial. Maka benda cagar budaya ini harus tetap dipertahankan untuk pembentukan karakter!”

Orang-orang di luar kota serang ketika melihat gedung Osvia, Pendopo Gubernur, Pendopo Kabupaten Serang, Gedung “Joeang”, maka mereka akan cepat mengidentifikasi kalau itu kota Serang. “Jika gedung-gedung ini hilang, maka Serang adalah kota yang tidak berkarakter. Karena akan sama saja dengan kota-kota yang lainnya. Kita hanya melihat pusat perdagangan dimana-mana dengan model yang tidak jauh berbeda dengan kota-kota lain. Kota ini akan terasa membosankan karena tidak adanya oase,” jelas lelaki yang selain berprofesi sebagai konsultan, juga sebagai dosen jurusan arsitektur di Institut Teknologi Bandung (ITB) ini.


Mesjid Agung Serang mestinya bisa jadi ikon
Duturkannya pula, kota-kota yang mempunyai kebudayaan yang tinggi di dunia selalu punya “mark” atau tanda. Paris dengan menara Eiffel-nya, Roma dengan menara Pisa-nya, London dengan Big Ben-nya, serta kota-kota lainnya. Jika gedung-gedung itu dibiarkan lestari maka kota Serang akan memiliki level yang sama dengan kota-kota indah itu. “Tapi persoalannya berani tidak pemerintah kota melindungi itu sebagai aset yang berharga dan tidak tergiur oleh iming-iming uang yang besar atas nama investasi?” ujarnya di akhir kata.

Gol A Gong, praktisi TV yang juga hadir di dikusi juga mengatakan hal sama. “Jika Serang terus menerus mengumumklan bagunan-bangunan tunya lewat brosur pariwisata, promo air di TV, di koran-koran, di baliho, di mana saja, dengan sau jenus bngunan khasnya, misalnya Gedoeng Joeang atau Gubernuran, maka orang yang datang ke Serang akan mencari gedung itu. Gedung Sate di Bandung sudah melegenda. Jika melihat Gedug Sate, tanpa diberi tahu pun, kita akan tahu itu Bandung, bukan Jayapura. Dan saya kalau ke Bandung tidak foto-foto dengan latar belakang Gedung Sate, terasa kurang afdol. Nah, Serang? Tauk, ah, gelap!”

Sebagai warga kota, kita hanya bisa menunggu. Menunggu pemimpin yang tahu visi misi memimpin, menunggu kota ini berkarakter, atau bahkan menunggu gedung-gedung tua itu habis terjual dan berganti dengan mal-mal yang sangat megah, tapi membosankan.

Ah bosan! (Rimba Alangalang/Laporan Ahmad Wayang dan Roy Goozli)


Sumber :
Gola Gong
http://rumahdunia.com/isi/2009/11/16/kota-serang-yang-tidak-berkarakter/
16 November 2009

Kesultanan Banten

Kesultanan Banten berawal ketika Kesultanan Demak memperluas pengaruhnya ke daerah barat. Pada tahun 1524/1525, Sunan Gunung Jati bersama pasukan Demak merebut pelabuhan Banten dari kerajaan Sunda, dan mendirikan Kesultanan Banten yang berafiliasi ke Demak. Menurut sumber Portugis, sebelumnya Banten merupakan salah satu pelabuhan Kerajaan Sunda selain pelabuhan Pontang, Cigede, Tamgara (Tangerang), Sunda Kalapa dan Cimanuk.


Sejarah

Anak dari Sunan Gunung Jati (Hasanudin) menikah dengan seorang putri dari Sultan Trenggono dan melahirkan dua orang anak. Anak yang pertama bernama Maulana Yusuf. Sedangkan anak kedua menikah dengan anak dari Ratu Kali Nyamat dan menjadi Penguasa Jepara.

Terjadi perebutan kekuasaan setelah Maulana Yusuf wafat (1570). Pangeran Jepara merasa berkuasa atas Kerajaan Banten daripada anak Maulana Yusuf yang bernama Maulana Muhammad karena Maulana Muhammad masih terlalu muda. Akhirnya Kerajaan Jepara menyerang Kerajaan Banten. Perang ini dimenangkan oleh Kerajaan Banten karena dibantu oleh para ulama.

Puncak kejayaan
Kerajaan Banten mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Abu Fatah Abdulfatah atau lebih dikenal dengan nama Sultan Ageng Tirtayasa. Saat itu Pelabuhan Banten telah menjadi pelabuhan internasional sehingga perekonomian Banten maju pesat. Wilayah kekuasaannya meliputi sisa kerajaan Sunda yang tidak direbut kesultanan Mataram dan serta wilayah yang sekarang menjadi provinsi Lampung. Piagam Bojong menunjukkan bahwa tahun 1500 hingga 1800 Masehi Lampung dikuasai oleh kesultanan Banten.

Masa kekuasaan Sultan Haji
Pada zaman pemerintahan Sultan Haji, tepatnya pada 12 Maret 1682, wilayah Lampung diserahkan kepada VOC. seperti tertera dalam surat Sultan Haji kepada Mayor Issac de Saint Martin, Admiral kapal VOC di Batavia yang sedang berlabuh di Banten. Surat itu kemudian dikuatkan dengan surat perjanjian tanggal 22 Agustus 1682 yang membuat VOC memperoleh hak monopoli perdagangan lada di Lampung

Penghapusan kesultanan
Kesultanan Banten dihapuskan tahun 1813 oleh pemerintah kolonial Inggris. Pada tahun itu, Sultan Muhamad Syafiuddin dilucuti dan dipaksa turun takhta oleh Thomas Stamford Raffles. Tragedi ini menjadi klimaks dari penghancuran Surasowan oleh Gubernur-Jenderal Belanda, Herman William Daendels tahun 1808.


Daftar Pemimpin Kesultanan Banten

Sunan Gunung Jati
Sultan Maulana Hasanudin 1552 - 1570
Maulana Yusuf 1570 - 1580
Maulana Muhammad 1585 - 1590
Sultan Abdul Mufahir Mahmud Abdul Kadir 1605 - 1640 (dianugerahi gelar tersebut pada tahun 1048 H (1638) oleh Syarif Zaid, Syarif Makkah saat itu.[2])
Sultan Abu al-Ma'ali Ahmad 1640 - 1650
Sultan Ageng Tirtayasa 1651-1680
Sultan Abdul Kahar (Sultan Haji) 1683 - 1687
Abdul Fadhl / Sultan Yahya (1687-1690)
Abul Mahasin Zainul Abidin (1690-1733)
Muhammad Syifa Zainul Ar / Sultan Arifin (1750-1752)
Muhammad Wasi Zainifin (1733-1750)
Syarifuddin Artu Wakilul Alimin (1752-1753)
Muhammad Arif Zainul Asyikin (1753-1773)
Abul Mafakir Muhammad Aliyuddin (1773-1799)
Muhyiddin Zainush Sholihin (1799-1801)
Muhammad Ishaq Zainul Muttaqin (1801-1802)
Wakil Pangeran Natawijaya (1802-1803)
Aliyuddin II (1803-1808)
Wakil Pangeran Suramanggala (1808-1809)
Muhammad Syafiuddin (1809-1813)
Muhammad Rafiuddin (1813-1820)


Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Banten